Laman

Minggu, 23 Mei 2010

Tukang Beca Tadi Subuh

04.00 WITA,Jalan Hertasning, perempatan toddopuli-tamalate. Sempat diri termenung, lihat dua manusia pengayuh becak terlelap tepat didepan pagar kantor yang tidak teduh dan tanpa alas, diselimuti asap tipis dari obat nyamuk bakar dan itupun sudah hampir habis. Terpikir apa mereka tukang becak yang baru masuk kota ini dengan membawa mimpi tentang kota besar hasil didikan TV dan Koran-koran, atau memang selama ini mereka menggelandang dengan tetap memegang harapan tentang perubahan nasib. Mereka begitu lelap, mungkin karena kerasnya hari-hari yang harus dilewati, atau juga mungkin karena mimpi yang mereka nikmati sebagai dunia lain yang mampu merubah keadaannya. Ya, mungkin.

Juga terpikir, kalau mereka inilah yang dikatakan Orang Pinggiran seperti dalam lirik lagunya Iwan Fals. Orang pinggiran yang terpinggirkan dan dipinggirkan. Kebanyakan mengatakan mereka tidak punya pengetahuan, tidak berpikir, bodoh, bahkan terbelakang. Tapi pikirku mengatakan mereka itu pekerja keras, tidak pernah mengeluh, dan bukan pemalas. Orang pinggiran ini terpaksa dan dipaksakan dengan keadaannya, dikungkung dalam lingkaran generasi orang pinggiran, dan dibisukan dengan takdir, dibuat bodoh oleh kaum terpelajar, dan dipinggirkan agar selamanya jadi orang pinggiran. Ya, orang pinggiran yang terpaksa dan dipaksa…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar